Informasi Pondok Al-Qohar

 

PONDOK PESANTREN ALQOHAR

 

Nama

: Pondok Pesantren Al-Qohar

Alamat

: Jl. Jatinom – Boyolali, Pulon 004/002,   Malangan, Tulung, Klaten, Jawa Tengah

Kontak

: 08578.444.2009 (Ayik)

Website

: www.alqohar.com

Email

: ponpesalqohar@gmail.com

Motto

: Maj’ma’ al-Bahrain, wa Mathla’ al-Badrain



 

 

Wilayah Pondok Al-Qohar

Pondok pesantren Al-Qohar adalah pondok yang terletak di dusun Pulon Lor, desa  Malangan, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Lokasinya berada pada wilayah paling utara dari kecamatan Tulung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali, lebih tepatnya Mojosongo. Di sebelah selatan sekitar 3,5 kilometer adalah Boyolali kota dan berjarak sekitar 21 kilometer dari Kota Klaten, tepatnya terletak di sepanjang jalan Klaten-Boyolali. Berdiri di wilayah yang 65% luasnya merupakan area persawahan yang juga menjadi lahan mata pencaharian utama penduduk, dan 35% merupakan daerah pemukiman warga. Di selatan berbatasan dengan kelurahan Tulung dan Sudimoro, sedangkan di timur berbatasan dengan kelurahan Pucang Miliran.

 

Akses & Transportasi Pondok Al-Qohar

Akses ke Pondok Pesantren al-Qohar bisa dikatakan sangat mudah dijangkau. Terletak 250 meter ke arah Barat dari Jalan Provinsi Jatinom-Boyolali yang sering menjadi jalur alternatif dari Yogyakarta-Solo atau Yogyakarta-Jakarta. Akses jalur ini terbilang sangat nyaman karena aspal yang masih sangat bagus, dan cukup dekat dengan Gerbang Tol Boyolali sekitar 17 km. Akses transportasi, seperti Terminal Bus terdekat adalah Terminal Bus Boyolali, di Jl. Pandanaran, Dusun 2, Siswodipuran, Kec. Boyolali, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57311 yang berjarak 10 Km atau sekitar 22 menit perjalanan mobil. Sedangkan Stasiun kereta terdekat adalah Stasiun Klaten, Jalan H Samanhudi, Klaten, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang berjarak 18,2 Km, atau sekitar 39 menit perjalanan mobil. Untuk Bandara terdekat adalah Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo, yang berjarak sekitar 25 Km atau 30 menit perjalanan mobil. Meskipun moda transportasi umum relative jarang, tapi wilayah Pondok Al-Qohar di wilayah Malangan, Tulung, Klaten relatif mudah dijangkau dengan jasa layanan transportasi online.

 

Wisata di sekitar Pondok Al-Qohar

 

Banyak  wisata sejarah, wisata air, dan wisata alam di sekitar Pondok Al-Qohar. Diantaranya adalah:

1.     Candi Prambanan yang dinobatkan sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara ini juga sudah diakui keberadaannya sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Selain Candi Prambanan, masih terdapat banyak lagi candi yang dijadikan sebagai tujuan wisata, seperti: Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Sojiwan, dan Candi Merak di Desa Karangnongko.

2.     Banyak wisata air di sekitar Pondok Al-Qohar. Yang terkenal mungkin Umbul Ponggok yang menawarkan pengalaman diving dan snorkeling. River Boarding Di Kali Pusur. Selain itu masih ada kompleks pemandian dan pemancingan di daerah Janti yang sering dikunjungi masyarakat Solo dan Yogyakarta. Lalu ada Umbul Cokro Tulung, Umbul Jolotundo, Umbul Kapilaler, Umbul Manten, Umbul Tirto Mulyono & Tirto Mulyani, dan banyak lagi.

3.     Museum Gula Gondang Winangoen di Jogonalan

4.     Desa Wisata Keprabon yang terletak di Kecamatan Polanharjo, pusat kerajinan tanduk kerbau dan penyu.

5.     Wisata Alam (Gunung dan Pegunungan) semisal Deles Indah. Tempat yang cocok untuk menikmati keindahan pemandangan Gunung Merapi dan segar udaranya. Disini juga terdapat Makam Kyai Mlayopati, Bekas Pesanggrahan Pakubuwana X, Sendang Kali Reno, Taman Pring Cendani, Taman Ngajaran, dan Gua Sapuangin. Ada juga Kali Talang di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Satu lokasi yang menarik untuk melihat pemandangan indah Gunung Merapi tanpa perlu susah-susah mendaki ke atas sana. Melihat kawah Gunung Merapi bisa dari sini. Atau juga wisata di Puncak Clongop.

 

Pasar dan Pusat Perbelanjaan

 

Pasar tradisional yang masih lestari di sekitar Pondok Al-Qohar antara lain Pasar Gringging, Pasar Ngangkruk, dan Pasar Nglebak. Sedangkan toko waralaba seperti Alfamart, Indomart, atau toko dengan manajemen seperti keduanya dan toko kelontong di kampung-kampung terbilang sudah sangat banyak sekali.

 

Mata Pencaharian Masyarakat di sekitar Pondok Al-Qohar

 

Mayoritas adalah petani, pedagang dan peternak. Sebagian lainnya adalah buruh di berbagai jenis pekerjaan, yang terkonsentrasi pada beberapa sentra, seperti: Sentra industri rambak di Dusun Pulon, Malangan, Tulung, Klaten;  Sentra industri Pati Onggok di Bendo, Kecamatan Daleman; Sentra Perikanan di Janti; Peternakan Kambing di Brajan, Peternakan Burung Kicau di Jimbung, Kampung konvesi dan sablon di Wedi; Sentra pabrik Garment di Boyolali; Sentra industri sapu di desa Dawar, Mojosongo, Boyolali; Sentra Susu Sapi Boyolali; Sentra pertanian dan pasar sayur-mayur di  Cepogo Boyolali.

 

 

Pondok-pondok di Sekitar Pondok Al-Qohar

 

1.     Kiai Ageng Selo Gringging, Tulung, Klaten

2.     Nurus Shobah III, Tulung, Klaten

3.     Darul Arqom, Tulung, Klaten

4.     Bait at-Tanzil, Tulung, Klaten

5.     Pondok An-Najah yang diasuh oleh KH. Abdul Hamid, Dawar Boyolali

6.     Ponpes Dawar Boyolali

7.     Al-Ikhlas, Dawar Boyolali

8.     Al-Fatah Kiringan Boyolali

9.     Tahfizul Qur’an, Manggis Boyolali

 

Ziarah, Wisata Religi, dan Tokoh serta lokasi bersejarah di sekitar Pondok Al-Qohar

 

Kita akan mencoba mengurutkannya berdasarkan lokasi. Di Desa, Paseban, Bayat ada Sunan Pandanaran. Pada zamannya, beliau mengajarkan falsafah Patembayatan atau Tembayatan atau istilah sekarangnya Musyawarah. Beliau juga mengajarkan cara membatik, cara membuat keramik dengan teknik putaran miring yang merupakan satu-satunya cara yang hanya ada di Indonesia bahkan dunia, beliau juga menemukan varietas beras rojolele. Kemudian ada juga Eyang Panembahan Minang Lase (Sunan Pandanaran) di Desa Kebon. Syekh Domba )sahabat Sunan Pandanaran) di Bukit Cakaran dan Syekh Kewel (sahabat Sunan Pandanaran) di Nengahan.

Di Cawas, ada KH Insyayang atau Ketip Banyumeneng, Ki Ageng Mad Syahar (Trah Brawijaya) di Bawak. Di Trucuk ada Ki Ageng Glego (Pensyiar agama Islam dengan media pencak silat di masa transisi Majapahit ke Demak) yang dimakamkan di Kalikebo. Kemudian Ki Ageng Jayengresmi (Sahabat Ki Ageng Glego) di Desa Gaden. Seorang Pujangga Besar dan Terakhir Tanah Jawa, Raden Ngabehi Ronggowarsito di Desa Palar, Trucuk.

Di Tegal Gondo, Wonosari, terdapat makam Mbah Kyai Manshur Popongan (Pendiri Pondok Popongan) putera Syaikh Muhammad Abdul Hadi Giri Kusumo, seorang mursyid Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Giri Kusumo Mranggen Demak. Di kompleks Pemakaman Keluarga Ponpes Al Manshur Popongan tersebut juga terdapat makam KH. Salman Dahlawi dan KH. Ahmad Jablawi merupakan Trah KH. Manshur sekaligus pengasuh Ponpes Al Manshur Popongan.

Di Troso, Karanganom, ada Mbah Liem atau K.H. Muslim Rifa’i Imam Puro, pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti. Beliau adalah ulama ternama dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun memilih meninggalkan keraton dan hidup sederhana, hidup di tengah-tengah masyarakat dengan mengabdi dan mengasuh santri.

Di Tulung, terdapat Ki Ageng Putut Selogringging, seorang tokoh muslim dari Mataram. Teman baik Ki Ageng Gribig. Di Jatinom, ada Ki Ageng Gribig. Beliau dimakamkan bertepatan dengan bulan Safar. Masyarakat Jatinom menggelar tradisi perayaan Sebaran Apem Yaqowiyu setiap tahun untuk mengenang sebuah seorang ulama (ada yang menyebut wali) di daerah tersebut, yakni Ki Ageng Gribig. Profil Ki Ageng Gribig yang memiliki nama asli Wasibagno Timur atau Syekh Wasihatno, adalah ulama besar yang memperjuangkan Islam di Jawa, tepatnya di Desa Krajan, Jatinom, Klaten. Ada yang menyebut beliau berasal dari rombongan ulama dari maghrabi (Maroko). Ada pula versi lain yang menyebut masih keturunan Prabu Brawijaya V.

Di Tempursari, Ngawen, terdapat makam Imam Rozi Singomanjat dan Mbah Abdul Mu'id. Beliau adalah Panglima Perang Pangeran Diponegara sekaligus "telik sandi" atau mata-mata penghubung Pangeran Diponegara dengan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana VI dari Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Di tempat ini pula beliau dulu mendirikan pondok pesantren dan Masjis Ar Rozi.

Selain yang sudah disebutkan di atas, masih banyak makam orang-orang sholeh dan bersejarah lainnya, seperti Ki Ageng Perwito (anak ke-4 dari Sultan Trenggono yang Bergelar Syeh Alam Akbar III) di Desa Ngreden. Penyebar Islam Ki Ageng Syekh Joko di Desa Kaligawe, Pedan. Gusti Panembahan Agung atau Pangeran Maulana Mas di Jimbung, Kalikotes. Petilasan Sunan Kalijaga di Desa Sepi, Cawas. Syekh Syarifuddin (Putra Amangkurat II Mataram) di Dukuh Gading Santren, Belangwetan, Klaten Utara.


TASMIYAH (ASAL PENAMAAN) PONDOK AL-QOHAR

Mbah Abdul Qohar - Mbah Abdul Karim

Asal penamaan Pondok Al-Qohar adalah untuk menghormati jasa Mbah Abdul Qohar yang telah memberikan perhatian besar terhadap pendidikan dan perkembangan Agama untuk putra-putranya (termasuk KH. Khusni Tamrin, Pendiri Pondok Al-Qohar, yang menjadi putra bungsu). Hampir semua putra-putri beliau dipondokkan di berbagai Pondok Pesantren; Yang paling banyak di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur; ada pula yang dipondokkan di Al-Muayyad Solo; dan ada yang di Pondok Al-Manshur Popongan, Klaten.

Nama Abdul Qohar adalah nama pemberian dari Mursyid beliau. Nama asli beliau sendiri adalah Abdul Karim, dan ini yang resmi tercatat di Catatan Sipil. Beliau juga memiliki “Asmo Sepuh” seperti kebiasaan orang Jawa saat itu, yakni Arjo Witono. Beliau sangat aktif dalam dunia tarekat. Muwajahah beliau dengan mursyid berlangsung di Popongan dan Turusan.

 

Makna Asma’ul Husna “Al-Qahhar”

Dari nama “Al-Qohar” ini, penulis mencoba menggali pemaknaan dan muatan filosofisnya. Pada tahapan awal, tentu saja merujuk kepada Asma’ul Husna. Dalam kitab Al-Maqshad al-Asna fi Syarhi Ma’ani Asmaillah al-Husna yang ditulis Imam Abu Hamid al-Ghazali, dari kata “al-Qahhar” seperti dalam ayat al-Qur’an: وهو القاهر فوق عباده  atau سبحانه هوالله الواحد القاهر mengisyaratkan makna Allah Mahaperkasa, Maha Menguasai, Maha Menundukkan. Yang kemudian hikmah untuk diteladani manusia, adalah agar kita memiliki kemampuan menguasai atau menundukkan hawa nafsu sendiri.[1]

Imam Raghib al-Ashfihani dalam Mu’jam Mufradat li Alfadh al-Qur’an, dalam kata قهر, beliau menulis keterangan bahwa: القهر الغلبة والتذليل معًا ويستعمل في كل واحد منهما. Juga yang menarik dicatat, penggunaan kata al-Qahru dalam ayat واما اليتيم فلا تقهر. Yang maknanya, jangan membentak, jangan merendahkan martabat anak yatim, menghinakan, memaksanya; atau mengasuhkannya kepada orang yang berpotensi merendahkan anak tersebut.[2]

Bapak Tafsir Indonesia, M. Quraish Shihab, dalam buku beliau Asma’ al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, menyebutkan bahwa nama القهار muncul sebanyak enam kali dalam al-Qur’an. Yang kesemuanya dirangkai dengan Asma’ Allah lainnya, yakni الواحد. Rangkaian ini kemudian banyak diambil hikmahnya oleh ulama untuk menunjukkan bahwa sifat penundukan ditonjolkan dalam rangka menjelaskan Ke-Esaan Allah. Allah yang Maha Menundukkan, menundukkan semua makhluknya dengan dua hal:

1.     dengan cara memaparkan bukti-bukti ke-Esa-anNya, dan

2.     dengan cara mengalahkan makhluk seluruhnya melalui pencabutan nyawa.

Bapak Quraish Shihab mencatat bahwa di dalam al-Qur’an juga ada penyebutan kata قاهر yang menjadi akar dari bentuk penyangatannya ((القهار. Ada muatan makna yang berbeda. Jika menggunakan kata قاهر bisa jadi digunakan oleh manusia yang sombong yang mengklaim mampu menguasai, mampu menundukkan. Seperti ucapan Fir’aun. Sedangkan kata القهار hanya digunakan untuk Allah. Yang pertama (قاهر) menunjukkan sifat penundukan tanpa isyarat adanya yang ditundukkan. Sedangkan yang kedua (القهار) menunjukkan sifat penundukan dan adanya yang ditundukkan. Ada sebuah ungkapan ketundukan sebagaimana berikut ini:

Aku diciptakan sebagaimana adanya, tidak diberi pilihan. Seandainya aku diberi, pastilah aku makhluk sempurna. Aku ingin tapi tidak diberi, dan aku diberi yang tak kuinginkan. Sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib.

 Kemudian beliau kutipkan doa dengan nuansa penghayatan ke-Maha Perkasa-an Allah:

الهي قهرت العوالم كلها عاليها وسافلها قاصيها  ودانيها. الهي امدني بقليل من دقائق اسمك القهار حتي تنقادلي نفسي وينهزم امامي الفجار وامنحني صولة علي نفسي لاصول بها علي ابليس وانجو من الشهوات. اللهم اجعلني ملاحظا لانوار اسمك القهار حتي لااغتر باي عظيم في الارض ولا قهار يا عظيم يا من يقهر كل عظيم وصلى الله على سيدنامحمد وعلى اله وصحبه وسلم

 

“Tuhanku, Engku telah menundukkan dan menjinakkan seluruh alam, yang tinggi maupun yang rendah, yang dekat maupun yang jauh. Anugerahilah aku sekelumit dari rahasia nama-Mu al-Qahhar, agar nafsuku tunduk dan kukendalikan, dan agar bertekuk di hadapanku seluruh penjahat. Ilahi, anugerahkanlah kepadaku kemampuan menguasai diriku, agar aku mampu menghadapi iblis dan selamat dari rayuan nafsu syahwat. Ya Allah, jadikanlah aku selalu memandang gemerlapan cahaya nama-Mu al Qahhar, sehingga aku tidak teperdaya dengan semua yang agung dan perkasa di bumi ini.”[3]

 

 

Al-Qahhar, Ayat Lima, Qaf Sepuluh, dan Asmaul Husna berinisial “Qaf”

Ada lima ayat yang di dalam tiap-tiap ayatnya ada sepuluh huruf "Qaf". Al-Baqarah Ayat 246; Surat Ali-Imran Ayat 181; Surat An-nisa Ayat 77; Surat Al-Maidah Ayat 27; dan Surat Ar-Ra'd Ayat 16. Kelima ayat dengan sepuluh Qaf tersebut kemudian disandingkan dengan penutup Asmaul Husna yang berinisial Qaf pula.[4]

 

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ الَّهِ ۖقَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖقَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ الَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖفَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗوَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ. (قدٍيْرٌ على ما يُريْد)

 


لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘسَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ.(قَوٍيٌّ لا يَحْتَاجُ الى مُعٍيْن)

 


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚوَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗقُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا. (قَهَّارٌ لِمَنْ طَغى وَعَصَى)

 

 

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖقَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ. (قُدُّوْسٌ يَهدِي منْ يَشاء)

 


قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚقُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚقُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗأَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚقُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. (قَيُّوْمٌ يرزُقُ من يشاءُ القوة)

 

Tidak perlu selalu diasosiasikan dengan azimat atau wirid untuk suatu hal. Disini yang ingin diketengahkan adalah bagaimana teliti dan detailnya ulama Qur’an zaman dahulu sehingga menemukan fakta unik Qaf seperti ini. Sebagaimana uniknya dengan cara mereka menghubungannya dengan Asmaul Husna berinisial Qaf. Lalu dihubungkan dengan tafsir surat Qaf, dan sebagainya. Perhatian dan ketekunan terhadap al-Qur’an itulah tujuan tulisan ini. Jika tertarik untuk meneliti, penjelasan lebih lanjutnya bisa dirujuk dalam penjelasan Sayyid Muhamad Haqqi an-Nazili dalam kitab Khazinatul Asrar dalam باب اقوال الائمة والمشايخ في خواص الخمس الايات القرانية فى كل اية عشر قافات.

 

 

Qaf dan Optimalisasi Asmaul Husna

Abu al-Abbas Ahmad bin Ali al-Buni dalam kitab beliau, Mamba’u Ushu al-HIkmah, mengetengahkan energi suatu huruf dan kombinasi yang beragam dalam Asmaul Husna yang diharapkan menghasilkan energi positif. Analisa struktural seperti yang beliau terapkan pada Asma’: Qayyum, Qa’im, Qaadir, Qahhar, Qahir, Qowiy, Qadim, Quddus, Qarib, Qadiir. Nalar yang mengapresiasi struktur ilmu hingga level huruf dan energinya. Level yang mendasari kata, kalimat, paragraph, wacana, hingga paradigma. Bukankah juga sering kita mendengar pula rahasia “Titik Ba’”? Laku performatif, baik dalam anjuran merapalkan atau menvisualkan dalam nuansa talismatic uses-nya.

 

 

 

Memasuki Semesta “QAF”

Ahmad Shofi Muhyiddin dalam bukunya Rahasia Huruf Hija’iyyah, Membaca Huruf Arabiyyah dengan Kacamata Teosofi, merujuk pada penjelasan Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyyah, menuturkan dalam Bab Huruf Qaf: bahwa “Qaf” adalah nama lembah pegunungan kosmik yang pada puncaknya terdapat singgasana Tuhan. Menurut doktrin tradisional, Alam Jabarut Malakut terdiri dari tujuh lembah Pegunungan Kosmik Qaf: Lembah Pencarian (طلب), Lembah Cinta (عشق), Lembah Kekaguman (استغناء), Lembah Kefakiran (فقر), Lembah Ma’rifah (معرفة), dan Lembah Lebur (فناء).

 

Terdapat tangga-tangga menuju puncak Pegunungan kosmik Qaf. Yang pertama adalah القصد. Tekad bulat, kemantapan hati, hati yang selalu hudhur memasuki dimensi ihsan. Kedua, القومة. Ini adalah realisasi al-qashdu di atas, yang berarti bangun dari tidur. Bangun karena niat saja tidak cukup. Bangkit beraktifitas yan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ketiga, القرب. Mendekat kepada Allah, baik dengan menunaikan semua yang fardhu, dalam bentuk menunaikan semua yang wajib dan meninggalkan semua yang haram; dan dengan disusuli amal-amal sunnah. Keempat adalah القدوس. Memasuki wilayah kesucian, kudus.[5]

 

 

Qaf dan Quthb

Menurut Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani qaddasallohu sirrah, Quthb adalah pusat daya-daya spiritual. Ia mengumpulkan semua maqam. Ia adalah kutub semesta lahiriah maupun semesta batiniah, yang semuanya berputar di sekelilingnya, seperti Ka’bah yang menjadi sumbu putaran thawaf. Setiap zaman hanya ada satu Quthb, dan semua wali berputar di sekelilingnya. Adapun Quthb sendiri ternamai dalam beberapa: Quthb, Quthb al-Bilad, Quthb al-Mutasharrif, Quthb al-Irsyad, Quthb al-Aqthab.[6]

 

 

Qaf sebagai Qalbu Muhammadiy dan Qur’an

 

Fakta “Qaf” menjadi lambang dua hal penting. “Qaf” sebagai “al-Qalbu al-Muhammadiy” yang disebut sebagai puncak Arsy ilahi, dunia fana’ dalam fana’. Dan kedua, “Qaf” sebagai “al-Qur’an”. Dalam bagian ini, terdapat fakta yang menarik, seperti yang telah diteliti oleh para pecinta dan pemerhati al-Qur’an, bahwa ada dua surat al-Qur’an yang dimulai dengan Huruf al-Muqaththa’ah dengan melibatkan huruf “Qaf”. Yang pertama, surat as-Syura dengan rumus dari salah satu fawatih as-suwar حم.عسق. Yang kedua, surat Qaf dengan pembuka surat ق. Uniknya, kedua surat tersebut, setelah diteliti, memiliki kandungan huruf Qaf sebanyak 57 kali. Yang jika ditambahkan, 57 + 57 menjadi angka 114 yang mana juga korelatif dengan jumlah surat di dalam al-Qur’an yang berjumlah 114 surat.[7]

 

 

LOGO PONDOK AL-QOHAR

Filsafat Daun Bertuliskan Allah

Daun memiliki bentuk beragam, yang melambangkan peran yang berbeda-beda. Corak hijaunya menyejukkan mata. Dari penampakannya, tak selalu seindah bunga tapi perannya jauh lebih utama: menjadi salah satu organ terpenting tumbuhan. Daun adalah sentral pernapasan sekaligus dapur makanan bagi tumbuhan. Mengkonversi energi cahaya menjadi kimia. Fotosintesis untuk didistribusikan ke seluruh bagian tumbuhan: akar, batang, cabang, dan ranting yang menopang keberadaannya.  Memproduksi makanan sendiri. Tidak menggantungkan tanggung jawab pada pihak lain. Ini dilakukannya sejak tunas tumbuh, tanpa menunggu dewasa. Simbol manfaat dan kemandirian.

 

Daun istiqamah memberi kehidupan untuk pohon. Bahkan untuk semua binatang dan manusia. Ia produksi oksigen (O2) dari proses CO2, klorofil, dan bantuan sinar matahari. Suplai kebutuhan vital, pernafasan makhluk hidup. Daun memberi. Tak harap kembali. Simbol manfaat dan ikhlas.

 

Daun ridha ketika ulat-ulat menggerogotinya. Hingga saatnya daun tahu akan rontok dan jatuh ke tanah, ia tak membenci angin yang menjatuhkannya. Sifat pasrah, tawakkal. Penyerahan hidup, taslim. Yang daun tahu, memberi manfaat sebanyak mungkin. Saat ia gugur, tunas-tunas tumbuh menggantikan. Rebah di tanah, daun masih mudawamah melakukan kerja manfaat: menjadi makanan cacing, menjadi humus, memberikan mineral-mineral lain bagi kehidupan sang pohon. Ajrun ghoiru mamnun. Jariyah.

 

Seperti yang Alan Watts pernah tulis: “Kita tidak datang ke dunia ini, kita muncul dari dunia, seperti daun tumbuh dari pohon”. Maka hidup saya, anda, dan kita semua, semoga ditakdir Allah seperti laku suluk Sang Daun yang berlimpah manfaat. Amin.

 

 

Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah
dan hujan, membayangkan rahasia daun basah
serta ketukan yang berulang.

~Sapardi Djoko Damono

 

Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, napas dan peristiwa
Mungkin hanya angin, daun dan debu
Pesona terakhir nyanyian sajakku

~Umbu Landu Paranggi

 

Di negeri para musafir dan perindu
aku berserah, menulis buku di atas bara
mengurai daun sebutir zarrah
dalam ikatan pohon semesta

~Hamdi Salad

 

Musim gugur adalah musim semi kedua di mana setiap daun adalah bunga.

~Albert Camus

 

 

RAGAM KEGIATAN PONDOK AL-QOHAR

Kegiatan di pondok Al-Qohar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan watu pelaksanaannya yang meliputi: kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan. Jenis kegiatan wirid, thoriqoh, sosial, dan organisasi. [untuk detail, silahkan klik poin dropdown dari menu ini] Kesemuanya dengan usaha dan tujuan menghadirkan aktifitas pembelajaran yang efektif. Dengan meminjam konsep Paul B. Diedrich, aktfiitas belajar yang melibatkan di dalamnya: visual activities (membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan), oral activities (menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, dan mengeluarkan pendapat), listening activities (mendengarkan percakapan, diskusi dan pidato), writing activities (menulis cerita, karangan, laporan dan menyalin), motor activities (melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak), mental activities (menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan menganalisis), dan emotional activities (menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup).

 

Jadwal Harian

HARI AHAD

JAM

AKTIFITAS

KETERANGAN

03.00 – 03.30

Tahajjud & Baca as-Sajdah

Semua Santri

03.30 – 04.15

Istirahat

Tidur

04.15 – 05.00

Subuh & ar-Rahman

Sholat, Wirid, ar-Rahman

05.00 – 06.30

Khitobah/ Seni/al-Qur’an/ Olahraga

Bergantian setiap minggunya

06.30 – 08.00

Ro’an Bersama

Aula, Kamar, Ndalem, Dapur, Halaman

08.00 – 12.30

Olahraga/ Kagiatan Bersama

Renang, Lari, Bersepeda, atau Gotongroyong

12.30 – 13.00

Dhuhur & al-Mulk

Sholat, Wirid, al-Mulk

13.30 – 15.00

Istirahat

Jadwal Ngarit & Jadwal Masak Siang

15.00 – 15.30

Persiapan Jama’ah Ashar

Nyapu Halaman dan Aula Pondok

15.30 – 16.00

Jama’ah Ashar

Sholat, Wirid

16.00 – 17.30

Bebas/ Olahraga

Sepakbola

17.30 – 18.00

Persiapan Jama’ah Maghrib

 

18.00 – 18.30

Maghrib & Waqi’ah

Sholat, Wirid, al-Waqi’ah

18.30 – 19.15

Mengaji al-Qur’an

Fashohah/ Setoran/ Khataman

19.15 – 19. 40

Jama’ah Isya’

Sholat, Wirid

19.40 – 21.20

Ngaji Kitab

 

21.20 – 22.00

Istirahat & Makan Malam

Istirahat, Makan, dan Tidur

22.00 – 22.30

Takror / Tadarus Malam

 

22.30 – 03.00

Istirahat

Istirahat dan Tidur

 

 

 

 

SENIN-SABTU

 

JAM

AKTIFITAS

KETERANGAN

03.00 – 03.30

Tahajjud & Baca as-Sajdah

Semua Santri

03.30 – 04.15

Istirahat

Tidur

04.15 – 05.00

Subuh & ar-Rahman

Sholat, Wirid, ar-Rahman

05.00 – 05.50

Mengaji al-Qur’an / Kitab

Setoran/ Khataman

05.50 – 06.30

Piket Pagi & Persiapan Sekolah

Piket Nyapu & Piket Masak Pagi

06.30 – 13.30

Sekolah

Yang tidak sekolah: Tadarus & Jahit di KimiBag

12.30 – 13.00

Dhuhur & al-Mulk

Sholat, Wirid, al-Mulk

13.30 – 15.00

Istirahat

Jadwal Ngarit & Jadwal Masak Siang

15.00 – 15.30

Piket sore, Persiapan Jama’ah Ashar dan TPA

Nyapu Halaman dan Aula Pondok

15.30 – 16.30

Jama’ah Ashar & TPA

Sholat, Wirid, Sholawat

16.30 – 17.30

Piket Tadarus 1 Juz

Piket Masak Sore (Putri)

17.30 – 18.00

Persiapan Jama’ah Maghrib

 

18.00 – 18.30

Maghrib & Waqi’ah

Sholat, Wirid, al-Waqi’ah

18.30 – 19.15

Mengaji al-Qur’an

Fashohah/ Setoran/ Khataman

19.15 – 19. 40

Jama’ah Isya’

Sholat, Wirid

19.40 – 21.20

Kegiatan Ba’da Isya’

Ngaji Kitab/ Mujahadah/ Kajian Tafsir/ Tahlil

21.20 – 22.00

Istirahat & Makan Malam

Istirahat, Makan, dan Tidur

22.00 – 22.30

Takror / Tadarus Malam

 

22.30 – 03.00

Istirahat

Istirahat dan Tidur

 

 

 

 

 

KAJIAN KITAB KUNING DI PONDOK AL-QOHAR

Ada dua kategori kajian dalam hal ini. Ada Kajian kitab reguler (rutin), yakni yang berlangsung rutin setiap hari di Pondok Pesantren Al-Qohar seperti tabel di bawah ini:

 

Nama Kitab

Bidang

Pendamping

Waktu

01

Tafsir Jalalain

Tafsir

KH. Muhsin Alwi

Jumat malam Sabtu

02

Mukhtarul Ahadits

Hadis

Abul Haris Akbar

Rabu malam Kamis

03

Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an

Ulumul Qur’an

Gus Akbar

Malam Senin – Rabu

04

Majmu’ al-Mawalid

Maulid

M. Irfani

Malam Ahad

05

Matn al-Jurumiyyah

Nahwu

Darosi Abdul Bashir

Malam Senin & Rabu

06

Amtsilatut Tashrifiyyah

Shorof

A. Haris

Malam Senin & Rabu

07

Mabadi’ al-Fiqhiyyah

Fiqih

Tamim al-Fadhil

Malam Selasa

08

Syifa al-Janan

Tajwid

Pak Haris

Bakda Maghrib Malam Senin

09

Nazham Ala-la

Akhlak

Ustadz Abul

Bakda Maghrib Malam Selasa

10

Nazham Aqidatul Awam

Aqidah

Bapak Ayik

Bakda Maghrib Malam Rabu

 

Ada pula Kajian kitab non-reguler yang berlangsung para periode tertentu seperti Kajian kitab selama Ramadhan atau Kajian rutin tapi berlangsung di luar Pondok Al-Qohar, seperti:

 

Nama Kitab

Bidang

Pendamping

Waktu

01

Arbain Nawawi

Hadis

Darosi Abdul Bashir

Ramadhan

02

Usfuriyyah

Hadis

Abul Haris Akbar

Ramadhan

03

Qomiut-Tughyan

Aqidah

Gus Akbar

Ramadhan

04

Akhlaq lil Banin

Akhlak

KH. Muhsin Alwi

Ramadhan

05

Ayyuhal Walad

Akhlak

Darosi Abdul Bashir

Ramadhan

06

Tanqih al-Qaul

Hadis

Ahmad Khafidhin

Ramadhan

07

Mukhtar al-Ahadits

Hadis

Pak Haris A.

Ramadhan

08

Qiro’ah Ashriyyah

Bahasa Arab

Tamim Al-Fadhil

Ramadhan

09

Washiyah al-Mushtofa

Hadis

Darosi Abdul Bashir

Ramadhan

10

At-Targhib wa at-Tarhib

Hadis

Bapak Ayik

Pengajian Ranting NU Malangan

 

VOKASIONAL AL-QOHAR

Pendidikan vokasional ini diharapkan berupaya fokus pada skil, mental, value, dan attitude  santri Pondok Al-Qohar. Jadi tetap melibatkan unsur kognitif (berpikir), psikomotorik (bergerak melalukan sesuatu), dan afeksi (olah rasa). Terlepas dari oaradigma supply minded dan demand minded yang dibicarakan pakar, langkah vokasional ini ditempuh untuk menjadi pribadi yang mandiri, dan mampu memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi kehidupan.

Alurnya secara teknis yaitu: (1) Sinau teori untuk pengalihan ilmu (transfer of knowledge) atau penimbaan ilmu (acquisition of knowledge); (2) mencerna ilmu (digestion of knowledge) melalui tugas-tugas dan tutorial; (3) pembuktian ilmu (validation of knowledge) melalui percobaan-percobaan di laboratorium secara empiris atau visual (virtual reality); (4) pengembangan keterampilan (skills development) melalui pekerjaan praktek nyata.

Ragamnya, terentang mulai dari: KIMIBAG (online business), menjahit, desain grafis, wood working, budidaya tanaman, ternak, bengkel, dan kesenian.



[1] Abu Hamid al-Ghazali,  Al-Maqshad al-Asna fi Syarhi Ma’ani Asmaillah al-Husna, (Beirut: Al-Jaffan & Al-Jabi, tt) hlm. 81-82.

[2] Raghib al-Ashfihani, Mu’jam Mufradat li Alfazh al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008), hlm. 862.

[3] M. Quraish Shihab, Asma’ al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an Buku Dua, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2008), hlm. 1-11

[4] Sayyid Muhamad Haqqi an-Nazili, Khazinatul Asrar, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah), hlm. 85-88. Lih. Juga Majmu’ Syarif (Semarang: Karya Thoha Putra), hlm. 57-61

[5] Ahmad Shofi Muhyiddin, Rahasia Huruf Hija’iyyah, Membaca Huruf Arabiyyah dengan Kacamata Teosofi, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 332-349.

[6] Lebih lengkapnya silahkan merujuk Ahmad Shofi Muhyiddin, Rahasia Huruf Hija’iyyah, Membaca Huruf Arabiyyah dengan Kacamata Teosofi, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 347.

[7] Ahmad Shofi Muhyiddin, Rahasia Huruf Hija’iyyah, Membaca Huruf Arabiyyah dengan Kacamata Teosofi, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 336.





Komentar

Related stories